Powered By Blogger

Woman And Education

 Perempuan dan Pendidikan

Oleh: Reti Suryani, MPd

Perempuan dan Rasa ingin tahu yang tinggi 

Kenapa harus bahas perempuan? You know perempuan? Karena fenomena-fenomena yang terjadi pada saat ini bertumpuk pada perempuan kasus-kasus yang tidak terselamatkan. Contoh: Berita yang marak banyak perempuan yang meninggal karena depresi dan menghancurkan dirinya dan harapan putrinya serta keluarga yang ditinggalkan. 

Dalam konteks apapun perempuan sebenarnya tidak boleh menyerah, baik dalam menjalani rumah tangga sebagai ibu rumah tangga tanpa karir, sebagai wanita karir bukan ibu rumahtangga, bahkan keduanya kolaborasi antara karir dan juga ibu rumahtangga. 

Perempuan kemudian menempatkan dua posisi yang tidak bisa dihindari, Education oke ibu rumah tangga oke. Banyak yang tidak tahu menjadi perempuan tidak semudah yang dikhayalkan, perempuan diibaratkan ratu, milyaran manusia mendefinisikan seperti itu, namun nyatanya masih banyak perempuan yang depresi baik yang sudah menikah maupun belum dan mengakibatkan sebagian  kaum laki-laki mengatakan perempuan makhluk yang lemah, tidak punya pendirian bahkan tidak punya iman, "kenapa harus sampai mengakhiri hidup".

Pertanyaan! Apakah semua hak-hak perempuan di Indonesia sudah diberikan dengan jelas!, Apakah perempuan sudah benar-benar mendapatkan hak-haknya sebagai perempuan? Contoh: "ketika perempuan mengalami menstruasi hari pertama hingga hari ketiga, biasanya kaum perempuan akan merasakan sakit sehingga berat untuk melakukan apa-apa" apakah hak cuti kerja sudah didapatkan?. 

Sebagian mereka mengatakan tidak apa-apa hanya sebentar, dari perspektif lain ketika perempuan mengalami menstruasi apakah pekerjaan tersebut berjalan dengan maksimal?. Masih dipikirkan dan tidak ada yg tahu jawabannya karena hak perempuan masih dipertanyakan!. 

Disini, apa hubungannya dengan pendidikan apakah perempuan yang berpendidikan tinggi untuk menandingi laki-laki? 

Ini saja pertanyaan yang tidak penting untuk diberikan jawaban bahkan seluruh dunia tahu perempuan mempertahankan hak-haknya sebagai kaum perempuan yang selayaknya dimuliakan. Yang muncul pertanyaan disini kenapa tidak memberikan hak sepenuhnya kepada perempuan yang seharusnya didapatkan oleh semua kaum perempuan. 

Ini yang menjadi alasan mendasar kenapa perempuan dan Pendidikan menjadi erat kaitannya dalam menjalani kehidupan sehari-hari baik sebagai ibu rumah tangga, wanita karir, sebagai mahasiswa, dan seterusnya bagaimanapun kondisi perempuan.

 Dengan pendidikan perempuan dapat berpikir, berkontribusi, berkolaborasi, dan menjadi ujung tombak memajukan peradaban bangsa Indonesia dengan menjadi seorang ibu harus menjadi ibu yang cerdas tidak bisa disiapkan dari latar belakang yang cantik saja, ataupun kaya tapi harus dibekali dengan ilmu. 

Disini pendidikan bukan hanya disekolah, pada era kehidupan saat ini yang serba digital semua perempuan tentu bisa belajar dimana-mana dirumah, bahkan setiap waktu bisa belajar dengan menggunakan gadget, tinggal kemauan dan dukungan serta support dari orang-orang terdekat untuk terus menimba ilmu. Akan tetapi belajar juga punya etikanya bukan sembarang belajar seperti harus menghormati yang memiliki karya tersebut harus meminta izin terlebih dahulu, kemudian mengucapkan terimakasih, ini adalah hal-hal kecil yang seringkali lupa adab dalam bersosial media. 

Kecanggihan teknologi bahkan mengubah beberapa karakter seseorang yang tadinya pendiam menjadi sangat ekstrovet di dalam media, didalamnya harus berhati-hati walaupun terlihat menyenangkan tapi media sosial juga bisa menghancurkan pemiliknya dengan merusak moral-moral akibat salah dalam penggunaan media sosial. 

Banyak ibu-ibu yang tidak jelas menggunakan aplikasi sehingga merusak moral dan ini yang menjadi tiruan anak-anak mudah zaman sekarang. Bagaimana ingin mencerdaskan generasi kalau seorang perempuan saja tidak bisa menjaga nama baiknya sebagai perempuan yang harusnya dimuliakan. 

Sebagai sesama kaum perempuan mari meningkatkan potensi diri dari berbagai aspek apapun, tingkatkan lakukan, hingga menjadi seseorang pakar di bidangnya. Tidak apa-apa menjadi ibu rumah tangga,  mereka juga orang yg paling hebat yang mengorbankan seluruh jiwanya hanya untuk keluarga sehingga yang diprioritaskan hanyalah keluarganya. Tidak semua orang mampu menjadi ibu rumah tangga yang siap dengan segala kondisi. 

Ibu rumahtangga dengan segala kondisi dengan menikah akan lebih cepat menjadi ibu rumah tangga kata tetangga namun, banyak dari mereka tidak mempertimbangkan kondisi mental, kesiapan, dan ilmu yang dimiliki sebagai ibu rumah tangga, terlihat simple mengerjakan pekerjaan rumah, dan mengurus anak-anak dan suami, namun faktanya masih banyak ibu-ibu yang depresi karena tidak mampu mengurus anak-anak dengan baik. 

Tapi disini saya ingin bilang tidak terlambat untuk diperbaiki, diperjuangkan, dipertahankan, pilihan awal tidak selalu bernasib baik walaupun yang pertama tapi hidup ini selalu ada episode kedua dan seterusnya. Hidup tetap berjalan mau kamu depresi, semangat, atau tiba-tiba berubah ingin jadi wanita karir saja. 

Kehidupan tetap saja berjalan dengan normal tanpa basa-basi, jadi tentukan pilihan mu sebagai ibu rumah tangga yang baik dengan mindset yang yang positif, sehingga jauh dari kata depresi sebab ibu yang bahagia maka keluarganya akan baik-baik saja. Menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya, yang paling utama terima dengan ikhlas jalani dengan terus meningkatkan pengetahuan sehingga hal membosankan mungkin membuat down akan hilang karena ilmu yang didapatkan.




Tidak ada komentar

Reti suryani

Reti suryani
Muslimah untuk Indonesia