Powered By Blogger

Hasil Diskusi UM Pare-Pare

Kajian Online Hima UM Pare-Pare
 Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh teman-teman selamat malam. Himpunan Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Pare-Pare Gelar Kajian Online
Dengan tema: " Apa Kabar Pendidikan Di Tengah Gejolak Pandemi Covid-19"
Dengan pemateri : Dayang Rusna Almuharni (Demisioner Pengurus Dema Ptk IAIN Pontianak) ditemani bersama Moderator : Siti Fatimah Ridwan
 ( Sekretaris Hima PAI UM Pare-Pare)

Sebelum Menulis kita sudah meminta izin dari pada Ketua Hima PAI UM Pare-Pare
Yusril Nasril terkait kajian Online hari ini.Dengan jumlah Peserta 213 dari berbagai penjuru kampus di Indonesia masyaallah luar biasa.
"Tidak Ada Perubahan Tanpa Pergerakan"
Pengenalan CV dari pemateri
Dayang Rusna Almuharni
Bismillahirahmanirahim.
"Segala puja dan puji bagi Allah sebanyak tetesan air hujan, sebanyak butiran biji-bijian, sebanyak makhluk ciptaannya dilangit, dibumi dan diantara keduanya. Segala puja dan puji bagi Allah yang tak berkesudahan,   sekalipun puja segala pemuji selalu terbatas dari kewajarannya".

Kerinduan yang amat mendalam kepada ikutan, panutan, dan teladan kita baginda Rasulullah saw membuat kita selalu ingin bershalawat kepadanya. Beliau adalah sang revolusioner sejati.

Teman-teman Kajian Online dengan tema *Apa Kabar Pendidikan di Tengah Gejolak Pandemi Covid-19*Semoga kita semua diberikan kesehatan dan berada dalam lindungan Allah Swt serta diberikan kekuatan dalam mengahadapi masa sulit di tengah gejolak wabah *Virus Corona*🤲🏿
Terutama kuat dalam menghadapi wabah *Virus hoax* yang lebih berbahaya.

Seperti yang dikatakan Ibnu Sina(Bapak Kedokteran) bahwasanya "Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah permulaan kesambuhan".

Oleh sebab itu sikap tenang perlu kita miliki saat ini, namun juga harus tetap waspada serta selalu menjaga kesehatan diri.*(Apa Itu Covid-19)*
Teman teman pasti sudah tidak asing lagi mmendengar nama tersebut yang sering muncul di berbagai media.
Wajar saja tanpa memerlukan waktu lama, berita tentang covid-19 berhasil menduduki trending topik beberapa bulan belakangan ini.

Pada akhir Desember 2019, beredar kabar telah ditemukan sebuah virus yang menyerang penduduk di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Virus itu bernama  _Corronavirus_. Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, pneumonia akut, sampai kematian.

Siapa sangka, virus ini begitu cepat menyebar ke berbagai negara belahan dunia termasuk Indonesia. Dilansir dari CNN, pada awal Maret, virus itu mulai masuk ke Indonesia berdasarkan pengumuman pak Presiden Ir. Jokowidodo.beliau mengumumkan bahwa dua warga negara Indonesia (WNI) positif terjangkit virus corona novel (COVID-19) usai melakukan kontak dengan seorang warga negara (WN) Jepang yang juga terinfeksi corona.

World Health Organization(WHO) menyatakan bahwa sebagian besar perkiraan masa inkubasi Covid-19, yakni selama 1-14 hari atau rata-rata sekitar 5 hari. Sementara, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), masa inkubasi Covid-19 atau SARS-Cov-2 terjadi selama 2-14 hari setelah terpapar virus.

Oleh sebab itu, Pemerintah mengambil keputusan untuk memberlakukan sistem belajar di rumah, begitu pula para pekerja. Mulai 16 Maret 2020, siswa maupun mahasiswa di sekolah maupun universitas di Indonesia tidak lagi melaksanakan pembelajaran di ruang kelas.

Tentusaja hal ini sangat berdampak dalam dunia pendidikan. Dampak positif maupun negatif pasti kita rasakan. Siswa harus mengerjakan tugas-tugas di rumah. Peran orangtua diharapkan lebih aktif dalam mendapingi anaknya. Begitu juga mahasiswa, yang harus berkuliah dengan sistem Daring.

Keadaan ini bisa menjadi tantangan bagi seorang pendidik (guru/dosen) maupun calon pendidik (mahasiswa yang berkuliah di Fakultas Keguruan) untuk mengasah skill dalam menggunakan teknologi digital yang berkembang masa kini. Misalnya aplikasi Zoom yang seringkali menjadi pilihan sebagai media pembelajaran. Selain itu, peran mahasiswa Teknologi pembelajaran juga tertantang membuat aplikasi e-learning yang sangat dibutuhkan pada saat seperti di tengah penyebaran Covid-19 sekarang ini.

Adapun polemik dalam melakukan Kegiatan pembelajaran sistem jarak jauh seperti sekarang ini adalah
1. Membutuhkan biaya lebih karena harus menyiapkan kuota sebagai sarana pendukung dalam mengikuti pembelajaran online.
2. Jaringan Internet yang masih belum merata ke berbagai wilayah.

Ini yang menurut saya menjadi kendala yang cukup sulit terutama bagi yang tinggal di pedesaan dan tidak memiliki jaringan untuk terhubung ke internet. Di satu sisi dianjurkan untuk belajar di rumah, namun disisi lain mengharuskan keluar rumah demi mendapatkan sebatang sinyal.

Hingga seringkali saya temui kalimat di berbagai media sosial " IP tahun ini tergantung pada kuota dan jaringan"

Saya harap teman-teman memiliki pandangan sebagai problem solving terkait dampak tersebut.

Terkait efektivitas pembelajaran di tengah Covid-19, menurut saya kita hal tersebut kembali ke kita masing-masing. Karena walaupun kita belajar di kelas, tetapi kita tidak sungguh-sungguh maka tidak akan efektif. Namun, walaupun kita belajar tidak di ruang kelas dan belajar dengan sungguh-sungguh materi yang diberikan, mencari dari berbagai referensi, membaca buku-buku pendukung pembelajaran, saya rasa
rebahan kita di rumah menjadi produktif.

Selanjutnya sesi tanya jawab ataupun sanggahan  antara peserta dan pemateri: 

1. Nama Hirsyam
Jurusan PPKn
Instansi unasman

Pertanyaan:
Sejauh mana analisis kk mengenai efektivitas keberhasilan Pendidikan saat ini dgn penerapan pembelajaran Daring/online?
Kemudian bagaimana kk melihat kebijakan dgn sistem top down yg Tdk memperhatikan akses jaringan di setiap daerah?

Jawaban:
Terkait Efektifitas keberhasilan pendidikan, sebagaimana yg telah saya sampaikan sebelumnya bahwa ini dikembalikan ke pribadi masing-masing bagaiman kita membuat waktu belajar menjadi produktif walaupun tidak berada di ruang kelas.

Belajar dengan sistem jarak jauh ini tentusaja ada beberapa kegiatan di kelas yang tidak bisa dilakukan secara online. Sebagai calon tenaga pendidik juga kita ketahui bahwa ada penilaian afektif yang tidak dapat dinilai.

Adapun kesulitan akses internet, ini menjadi kendala yang dirasakan bagi siswa maupun mahasiswa yang berada di daerah yang sulit mendapatkan akses tersebut. Saya kira ini menjadi PR bagi kita semua untuk mengatasi hal tersebut.

Sanggahan: dari penanya

Kemudia bagaimana kita melihat asesmen dari implementasi Daring tersebut?
Jika seluruh komponen birokrasi Tdk memperhatikan kondisi mahasiswa khususnya yg berada di pelosok.
Seperti yg KK pemateri tadi singgung bahwa IP tergantung dari kuota dan jaringan, saya rasa dgn penentuan nilai tersebut Tdk efektif yg mengarah pada penilaian yg subjektif.

Pemateri :
Adanya polemik tersebut membuat beberapa kampus memberikan kebijakan untuk memberi kuota gratis kepada seluruh mahasiswanya. Ini sudah diterapkan di Kampus IPB, dimana setiap mahasiswa berhak mendapatkan Kuota senilai RP.150.000.

Namun untuk jaringan yang sulit ditemui, solusi yang saya tawarkan adalah bagaimana ikhtiar kawan-kawan untuk mencari tempat yang mudah akses internetnya saat pembelajaran online.

2. Nama : Fazah
Jurusan : Sejarah Peradaban Islam
Instansi : UIN Jember

Pertanyaan : Sepanjang yang disampaikan pemateri diatas, covid-19 bagi saya pribadi lebih mengarah pada hal negatif terhadap sistem pendidikan di Indonesia dibanding hal positifnya. Ini terlihat dari keluh kesah para pelajar baik siswa atau mahasiswa, seperti jaringan eror, kuota habis, kurangnya keseriusan dalam mengikuti, dan banyak lagi.

Sehingga adanya aplikasi yang disediakan menjadi simbolisasi semata terhadap sandiwara pendidikan saat ini, pertanyaan saya bisakah pemateri memberikan data statistik terhadap perkembangan pendidikan selama pandemi covid-19, apakah lebih menurun atau mencerdaskan pelajar, baik itu upaya terhadap penambahan referensi melalui kesadaran membaca buku dan cara-cara lainnya?
Sehingga kita tahu kabar pendidikan saat ini melalui pemaran data yg valid.

Pemateri: Terimakasih kakak Faza

Terkait data yang dipertanyakan, mohon maaf saya belum memilikinya semoga wacana kita tidak dianggap Narko ya.
Namun yang saya tahu banyak dari teman-teman siswa maupun mahasiswa yang tadinya tidak begitu perduli terhadap adanya kemajuan teknologi jadi mau belajar, baik penggunaan e-mail, cara pengaplikasian google zoom, dan di saat dilanda kebosanan rebahan, mau tidak mau kwan mencari kesibukan misalnya membaca artikel maupun buku, serta membuat konten yang mengedukasi, sebagai contoh cara penggunaan masker yg baik seperti yang sering kita lihat.

Tanggapan: Terimakasih pemateri yg terhormat, bukan maksud mau beranggapan bahwa jawaban yang disampaikan hanyalah narasi kosong yg berakhir pada asumsi yang tidak elegan.

Tapi diskusi dari awal akan nyata terjawab bila pemateri membenarkannya dg data, baik dari Kemdikbud atau Badan Pendidikan Statistik, sehingga tema yg diangkat dalam diskusi kali ini tidak berakhir dg timbul pertanyaan lagi *"apa kabar pendidikan?"

Akan tetapi sudah jelas adanya bahwa sistem yg ditawarkan pemerintah yg berupa daring dg beberapa fasilitas apl canggih menjadi alternatif yg memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia, jika data statistik malah mengatakan adanya degradasi terhadap pendidikan kita.

Maka sistem daring perlu dihentikan dan mencari alternatif lain seperti membebaskan pelajar baik mahasiswa atau siswa untuk menghabiskan satu buku dalam waktu satu minggu dan dijelaskan kepada guru atau dosen secara subjektif tanpa mengundang perkumpulan.

Terimakasih atas tanggapannya kakak Faza, ini menjadi tawaran yang sangat menggugah bagi kita semua untuk terus menyimak perkembangan pendidikan saat ini baik dari mendikbud maupun instansi lainnya.
Alternatif yang kakak tawarkan sangat baik jika diterapkan mulai dari diri kita, membaca akan membuka wawasan kita.
"Ucap Moderator".

3. Nama : AbuSidik
Jurusan : PKN
Kampus : Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
Pertanyaan:

   1. Apakah pendidikan yang di lakukan secara online sangat relevan untuk di terapkan, bukannya hakekatnya sebuah pendidikan adalah memberikan kesadaran pada peserta didik. Lalu dengan kebijakan pemerintah sekarang pendidikan secara online apakah itu akan membentuk kesadaran pada peserta didik.

2. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting di sebuah negara, untuk itu pendidikan harus lebih ditingkatkan prioritaskan. Kontekstualisasi pendidikan dengan kasus COVID19 menjadi satu hal yang saling berkaitan artinya orang atau sebuah negara akan mampu mengatasi sebuah persoalan yang ada.. Dan pada hari ini negara kita minin akan Pengetahuan(SDM) Sehingga tidak ada satu konstruksi berpikir yang mengetahui apa itu COVID19 sebenarnya.

   Pertanyaan adalah bagaimana upaya pemerintah dalam dunia pendidikan untuk menghadapi COVID19 dan apa solusi.

Pemateri: Terimakasih kakak Abu🙏🏿

Benar, bahwa hakikat pendidikan adalah memberi kesadaran kepada penserta didik. Tentang relevansinya, tentu akan lebih relevan jika tidak dilaksanakan secara online.

Upaya dari pemerintah untuk memutus rantai penularan Covid-19 yaitu mengintruksikan pembelajaran online(tanpa adanya perkumpulan) namun sayang sekali, belum ada alternatif yang ditawarkan supaya kita dapat dengan nyaman belajar di rumah dari pengambil kebijakan.

Kita do'akan semoga wabah ini cepat berlalu sehingga kita dapat melakukan aktivitas pendidikan seperti biasa.

Tanggapan: Kalau memamg hanya persoalan COVID19 dan memutuskan interaksi dalam proses pembelajaran atau pendidikan seharusnya pemerintah punya solusi dalam mengatasi itu semua.

Karena pendidikan itu tidak akan memberikan saat kesadaran pada peserta didik jika tidak ada interaksi antara pendidik dan peserta didik atau dalam bahasa PAULO FREIRE adalah subjek-objek.
 Pemerintah serta guru tidak mengetahui sejauh mana perkembangan pendidikan, bahkan guru pun tidak akan mengetahui sejauh mana perkembangan peserta didik.

Tepat sekali, pendidikan tidak hanya tentang penilaian kognitif, namun pendidik juga harus mengetahui perkembangan afektif maupun psikomotorik peserta didik. Penanaman karakter pada peserta didik lebih efektif jika terdapat komunikasi langsung dengan Pendidik.

Masyaallah diatas sangat antusias sekali peserta dalam berdiskusi dan ada banyak pertanyaan yang belum bisa terjawab karena kita terbatas waktu, semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua aamiin. Karena saya membuka dengan salam maka saya tutup dengan salam kembali wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh.

Bisa kepoin Ig kita ya teman-teman bismillah

M.Yusril Nasir 
(Ketua: HIMA PAI UM PARE-PARE)
Siti Fatimah Ridwan 
(Sekretaris HIMA PRI PAI UM PARE-PARE)
Reti Suryani
Ketua Bidang: Keagamaan
(Sebagai Penulis Hima Pai UMB Bengkulu)

Terimakasih atas kerja sama yang baik KK semoga bisa berjumpah dilain waktu.

Jangan lupa beri komentar terimakasih.


2 komentar

Reti suryani

Reti suryani
Muslimah untuk Indonesia